Proses Pembentukan Gunung: Gunung Vulkanik dan Tektonik

Proses pembentukan Gunung

Gunung-gunung yang ada di dunia ini terbentuk melalui dua jenis proses geologi yang berbeda, yaitu proses tektonik dan vulkanik. Gunung tektonik terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan penekanan, pergeseran, atau penurunan kerak bumi, seperti pada proses subduksi dan pergeseran lempeng.

Sebaliknya, gunung vulkanik terbentuk melalui letusan gunung berapi, di mana magma dari dalam bumi keluar ke permukaan, mendingin, dan mengeras membentuk gunung. Proses ini terjadi akibat tekanan dan suhu tinggi yang menyebabkan magma naik ke permukaan dan mengeluarkan lava, gas, serta material vulkanik lainnya. Kedua jenis gunung ini berbeda dalam proses pembentukannya, namun keduanya dapat membentuk pegunungan besar.

Gunung Vulkanik

Gunung vulkanik adalah jenis gunung yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme, yaitu keluarnya magma, gas, abu, dan material lainnya dari dalam perut bumi ke permukaan melalui saluran atau kawah gunung berapi. Magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava, yang kemudian mendingin dan mengeras membentuk lapisan-lapisan batuan baru, sehingga membentuk gunung. Gunung vulkanik sering kali memiliki kawah di puncaknya dan dapat meletus dengan berbagai intensitas. Contoh gunung vulkanik terkenal antara lain Gunung Merapi, Gunung St. Helens, dan Gunung Fuji.

1. Proses pembentukan Gunung Vulkanik

Proses pembentukan gunung vulkanik terjadi melalui serangkaian tahapan yang berkaitan dengan aktivitas vulkanik, yaitu keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan. Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukannya:

A. Pencairan Batuan di Dalam Bumi

Di dalam mantel bumi, suhu dan tekanan yang sangat tinggi menyebabkan batuan menjadi cair dan membentuk magma. Magma ini lebih ringan daripada batuan di sekitarnya, sehingga ia cenderung bergerak naik menuju permukaan bumi.

B. Pergerakan Magma Menuju Permukaan

Magma bergerak naik melalui celah atau rekahan pada kerak bumi. Proses ini terjadi karena perbedaan tekanan antara bagian bawah dan atas kerak bumi. Magma yang naik bisa terkumpul di dalam kamar magma di bawah permukaan atau langsung menuju ke permukaan melalui saluran vulkanik.

C. Letusan Vulkanik

Ketika tekanan magma di dalam kamar magma cukup besar, magma akan keluar melalui kawah atau saluran vulkanik. Letusan ini dapat disertai dengan semburan gas, lava cair, abu, dan material vulkanik lainnya. Lava yang dikeluarkan akan mengalir dan mendingin membentuk lapisan-lapisan baru.

D. Penyusunan Lapisan Lava

Setiap kali letusan terjadi, lava yang keluar akan mendingin dan mengeras, membentuk lapisan baru di sekitar kawah atau saluran vulkanik. Proses ini terus berlangsung, dengan lapisan lava yang semakin menumpuk, sehingga membentuk gunung berapi yang semakin besar.

E. Pembentukan Gunung Vulkanik

Seiring berjalannya waktu, lapisan-lapisan lava yang mengeras membentuk gunung berapi yang besar dan menjulang. Aktivitas vulkanik yang berulang kali membentuk lapisan lava yang bertambah tebal, menghasilkan bentuk gunung vulkanik seperti stratovolcano atau shield volcano, tergantung pada jenis letusannya.

Gunung vulkanik terbentuk melalui proses yang dimulai dengan pencairan batuan di dalam mantel bumi, diikuti dengan pergerakan magma menuju permukaan, dan akhirnya letusan yang menghasilkan lava dan material vulkanik lainnya. Lapisan-lapisan lava yang mengeras membentuk gunung berapi yang terus tumbuh seiring berjalannya waktu.

2. Jenis-jenis Gunung Vulkanik

Gunung vulkanik dapat dibedakan berdasarkan bentuknya dan jenis letusannya. Berikut adalah jenis-jenis gunung vulkanik:

A. Gunung Berapi Perisai (Shield Volcano)

Memiliki bentuk yang lebar dan landai, terbentuk oleh letusan lava cair yang sangat cair, sehingga lava mengalir jauh dan membentuk lapisan-lapisan yang tebal namun datar. Contoh gunung jenis ini adalah Gunung Mauna Loa di Hawaii.

B. Gunung Berapi Stratovolcano (Komposit)

Memiliki bentuk kerucut yang curam dan tinggi. Gunung ini terbentuk dari letusan lava kental dan material vulkanik seperti abu, kerikil, dan batuan piroklastik yang bertumpuk secara bergantian, menghasilkan lapisan yang membentuk gunung dengan lereng curam. Contohnya adalah Gunung Merapi di Indonesia.

C. Gunung Maar

Berbentuk kawah yang luas dan datar, terbentuk akibat letusan eksplosif yang mengeluarkan gas dan material piroklastik dalam jumlah besar, menciptakan kawah besar yang sering kali menjadi danau kawah. Gunung Toba adalah contoh dari jenis ini.

D. Gunung Kaldera

Terbentuk setelah letusan besar yang mengosongkan sebagian besar magma di bawah permukaan, menyebabkan bagian tengah gunung runtuh dan membentuk cekungan besar atau kaldera. Kaldera Yellowstone di Amerika Serikat adalah contoh gunung jenis ini.

E. Gunung Piroklastik (Cinder Cone)

Memiliki bentuk kerucut kecil dengan lereng yang curam, terbentuk dari letusan yang melemparkan material piroklastik seperti abu dan batu kecil ke udara, yang kemudian mengendap di sekitar lubang letusan. Gunung Parícutin di Meksiko adalah contoh gunung piroklastik.

F. Gunung Lava Dome

Memiliki bentuk kubah yang menonjol dengan lereng curam, terbentuk oleh lava kental yang tidak mengalir jauh, tetapi menumpuk di sekitar ventilasi, membentuk kubah tinggi. Gunung Novarupta di Alaska adalah contoh gunung dengan dome lava.

3. Proses Letusan Gunung Vulkanik

Proses letusan gunung vulkanik terjadi melalui serangkaian tahapan yang melibatkan pergerakan magma dari dalam bumi ke permukaan. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses letusan gunung vulkanik:

A. Pembentukan Magma

Magma terbentuk di lapisan mantel bumi akibat suhu dan tekanan yang sangat tinggi, yang menyebabkan batuan di bawah permukaan bumi meleleh. Magma ini cenderung lebih ringan daripada batuan di sekitarnya, sehingga dapat naik menuju permukaan bumi.

B. Penumpukan Magma di Kamar Magma

Setelah terbentuk, magma akan bergerak ke atas melalui retakan atau saluran-saluran di kerak bumi. Magma yang tidak dapat langsung keluar akan terkumpul di sebuah ruang besar di bawah permukaan yang disebut kamar magma. Dalam kamar ini, magma dapat menumpuk selama ribuan atau bahkan jutaan tahun.

C. Peningkatan Tekanan di Kamar Magma

Seiring waktu, tekanan dalam kamar magma meningkat karena magma terus menumpuk dan gas-gas terlarut di dalam magma (seperti uap air, karbon dioksida, dan belerang) semakin terperangkap. Tekanan yang semakin besar ini mendorong magma untuk mencari jalan keluar melalui retakan atau celah di kerak bumi.

D. Letusan Magma ke Permukaan (Letusan Vulkanik)

Ketika tekanan di dalam kamar magma cukup besar, magma akan meletus melalui kawah atau celah-celah di permukaan bumi. Magma yang keluar ini disebut lava. Selama letusan, lava, gas, abu, dan material vulkanik lainnya (seperti batuan piroklastik) akan dikeluarkan dengan kekuatan yang besar.

E. Penyebaran Material Vulkanik

Setelah magma keluar dan mengalir, lava akan mendingin dan mengeras menjadi batuan padat. Gas-gas yang dikeluarkan selama letusan dapat membentuk kolom asap yang sangat tinggi di atmosfer, dan abu vulkanik bisa tersebar ke area yang lebih luas, mempengaruhi iklim dan lingkungan.

F. Pembentukan Gunung Berapi

Setiap kali lava keluar dan mengeras, ia membentuk lapisan-lapisan batuan baru di sekitar kawah, membangun gunung berapi yang semakin tinggi. Proses ini dapat berlangsung bertahun-tahun hingga terbentuklah gunung berapi yang besar.

G. Erupsi Berkepanjangan atau Berulang

Sebagian besar gunung berapi terus meletus berulang kali, melepaskan lava dan material vulkanik lainnya hingga akhirnya terbentuk struktur gunung yang besar, seperti Gunung Fuji di Jepang atau Gunung Merapi di Indonesia.

Gunung Tektonik

Gunung vulkanik adalah jenis gunung yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme, yaitu keluarnya magma, gas, abu, dan material lainnya dari dalam perut bumi ke permukaan melalui saluran atau kawah gunung berapi. Magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava, yang kemudian mendingin dan mengeras membentuk lapisan-lapisan batuan baru, sehingga membentuk gunung. Gunung vulkanik sering kali memiliki kawah di puncaknya dan dapat meletus dengan berbagai intensitas. Contoh gunung vulkanik terkenal antara lain Gunung Merapi, Gunung St. Helens, dan Gunung Fuji.

1. Proses pembentukan Gunung Tektonik

Proses pembentukan gunung tektonik terjadi akibat pergerakan dan interaksi lempeng-lempeng tektonik di kerak bumi. Ada beberapa jenis pergerakan lempeng yang dapat menyebabkan terbentuknya gunung tektonik, yaitu:

A. Pergerakan Lempeng Konvergen (Tubrukan Lempeng)

Pada pergerakan ini, dua lempeng tektonik bergerak saling mendekat dan bertabrakan. Proses ini dapat terjadi dalam beberapa cara, bergantung pada jenis lempeng yang bertabrakan:

Lempeng Benua dengan Lempeng Benua:

Ketika dua lempeng benua bertabrakan, keduanya memiliki densitas yang hampir sama, sehingga tidak ada yang tenggelam. Sebagai akibatnya, material kerak bumi akan terlipat dan terangkat, membentuk pegunungan. Contoh terkenal adalah pembentukan Pegunungan Himalaya akibat tabrakan antara lempeng India dan lempeng Eurasia.

Lempeng Samudra dengan Lempeng Benua:

Dalam tabrakan antara lempeng samudra dan lempeng benua, lempeng samudra yang lebih padat akan tenggelam ke bawah lempeng benua dalam proses yang disebut subduksi. Akibatnya, kerak benua terangkat dan membentuk rangkaian pegunungan yang dapat diikuti oleh jalur gunung api. Contohnya adalah Pegunungan Andes yang terbentuk karena subduksi lempeng Samudra Pasifik ke bawah lempeng Benua Amerika Selatan.

Lempeng Samudra dengan Lempeng Samudra:

Ketika dua lempeng samudra bertabrakan, salah satu lempeng akan tenggelam ke bawah yang lainnya, membentuk relung laut atau palung samudra. Namun, proses ini juga bisa menyebabkan pembentukan pegunungan atau pulau-pulau vulkanik. Contoh proses ini dapat dilihat pada pembentukan Pulau-pulau Jepang.

B. Pergeseran Lempeng (Transform Fault)

Pada pergerakan lempeng jenis ini, dua lempeng bergerak saling geser horizontal. Meski tidak terjadi penekanan atau subduksi, pergerakan geser ini bisa menghasilkan patahan besar yang membentuk pegunungan atau sistem sesar. Contoh dari pergerakan ini adalah Sesar San Andreas di California, di mana pergeseran horizontal antar lempeng membentuk pegunungan kecil.

C. Pelebaran Lempeng (Divergen)

Proses ini terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain, seperti pada Mid-Ocean Ridge. Ketika lempeng samudra bergerak terpisah, magma naik dari mantel untuk mengisi celah yang terbentuk, membentuk kerak baru dan menciptakan pegunungan laut yang terus berkembang. Sebagai contoh, di sepanjang Mid-Atlantic Ridge terbentuk pegunungan bawah laut.

D. Proses Orogenesis (Pembentukan Pegunungan)

Secara umum, pembentukan gunung tektonik sering kali disebut orogenesis. Proses ini melibatkan serangkaian kejadian seperti penekanan, pembentukan patahan, pelipatan lapisan batuan, dan aktivitas vulkanik akibat pergerakan lempeng. Ketika lempeng-lempeng bertumbukan atau bergerak, mereka menyebabkan kerak bumi terangkat, terlipat, atau retak, membentuk pegunungan. Aktivitas tektonik ini biasanya terjadi di sepanjang zona perbatasan lempeng.

2. Jenis-jenis Gunung Tektonik

Gunung tektonik terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan perubahan pada kerak bumi, seperti penekanan, penarikan, atau pergeseran. Berikut adalah beberapa jenis gunung tektonik berdasarkan proses pembentukannya:

A. Gunung Lipatan

Terbentuk ketika pergerakan lempeng tektonik menyebabkan lapisan kerak bumi terlipat karena tekanan horizontal. Lipatan ini bisa berbentuk antiklinal (lipatan naik) atau sinklinal (lipatan turun). Contohnya adalah Gunung Himalaya, yang terbentuk akibat pertemuan lempeng India dan Eurasia.

B. Gunung Patahan

Terbentuk akibat pergeseran lempeng tektonik yang menyebabkan kerak bumi patah. Patahan ini dapat berupa sesar normal, sesar terbalik, atau sesar geser, tergantung arah pergeserannya. Contohnya adalah Gunung San Andreas di Amerika Serikat, yang terbentuk akibat pergerakan lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.

C. Gunung Vulkanik Tektonik

Terbentuk akibat pergerakan lempeng yang menyebabkan magma naik ke permukaan dan terjadi aktivitas vulkanik. Proses ini sering terjadi akibat subduksi atau divergensi lempeng. Contoh gunung ini adalah Gunung Merapi di Indonesia, yang terbentuk akibat subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.

D. Gunung Graben dan Horst

Terbentuk akibat penurunan dan kenaikan kerak bumi secara relatif. Graben adalah lembah yang terbentuk karena penurunan kerak bumi di antara dua patahan, sedangkan horst adalah wilayah yang terangkat di antara patahan. Contoh gunung jenis ini adalah Gunung Rhenish di Jerman, yang terbentuk akibat pergerakan kerak bumi di sepanjang sesar.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *