Investasi: Sejarah, Revolusi Industri, dan Tren Investasi di Era Digital

Investasi pada Zaman Kuno

Investasi pada zaman kuno merujuk pada praktik-praktik ekonomi yang melibatkan pengelolaan modal dan sumber daya dengan harapan mendapatkan keuntungan atau imbal hasil di masa depan. Meskipun investasi pada masa itu belum seformal dan terstruktur seperti sekarang, prinsip dasarnya sudah ada dan diterapkan dalam berbagai bentuk.

1. Investasi pada Zaman Kuno

Mesopotamia dikenal sebagai salah satu peradaban pertama di dunia yang memiliki bentuk transaksi ekonomi yang terorganisir. Di daerah ini, konsep pinjaman dan kredit pertama kali dikenal.

Babilonia memberikan kontribusi besar dalam dunia keuangan kuno dengan sistem hukum yang kompleks, termasuk aturan mengenai pinjaman, jaminan, dan bunga. Hukum Hammurabi (sekitar 1750 SM) adalah contoh utama. Hukum ini tidak hanya melindungi para pemberi pinjaman tetapi juga melindungi hak-hak debitur. Tingkat bunga diatur oleh negara untuk menghindari eksploitasi. Ini menunjukkan bentuk awal regulasi keuangan.

Kontrak tertulis dalam bentuk tablet tanah liat juga digunakan sebagai alat perjanjian, termasuk untuk investasi dalam bentuk barang dan modal.

2. Mesir Kuno (3000 SM – 500 SM)

Mesir Kuno adalah salah satu peradaban awal yang mengandalkan kekuatan ekonomi agraris dan keuangan terpusat. Investasi di Mesir pada dasarnya terkait dengan pengelolaan tanah pertanian, produksi gandum, dan proyek konstruksi besar seperti pembangunan piramida.

Mesir memiliki sistem pengelolaan kekayaan dan surplus pertanian yang terorganisir melalui birokrasi kerajaan. Pemerintah Mesir kuno sering kali berfungsi sebagai investor utama dalam proyek-proyek besar seperti pembangunan kanal, jalan, dan piramida yang memerlukan modal besar dan tenaga kerja terorganisir.

3. Yunani dan Romawi Kuno (800 SM – 476 M)

Yunani dan Romawi memperkenalkan sistem kemitraan bisnis di mana modal digunakan untuk mendanai perdagangan maritim dan ekspedisi perang. Investasi di Yunani terutama terjadi dalam bentuk perdagangan antarnegara kota (polis), di mana warga kaya akan berinvestasi dalam ekspedisi untuk mengangkut minyak zaitun, anggur, dan komoditas lainnya.

Di Romawi, investasi tanah menjadi bentuk utama akumulasi kekayaan. Bangsawan Romawi berinvestasi besar-besaran dalam properti, yang dapat menghasilkan keuntungan dalam bentuk hasil panen, ternak, atau produksi. Selain itu, ada juga societas, yaitu bentuk kemitraan di mana dua atau lebih individu berkumpul untuk tujuan tertentu, mirip dengan perusahaan patungan modern.

Forum Romanum di Roma menjadi pusat aktivitas keuangan, di mana orang dapat memperdagangkan barang, properti, dan jasa, serta mengelola perjanjian kemitraan bisnis. Selain itu, di zaman Romawi juga dikenal bentuk awal dari asuransi maritim, di mana pedagang akan membayar premi untuk melindungi kargo mereka dari risiko laut.

4. Tiongkok dan India Kuno (300 SM – 300 M)

Tiongkok pada masa Dinasti Han mengembangkan sistem perdagangan dan investasi yang lebih kompleks. Salah satu rute investasi terbesar adalah Jalur Sutra, di mana orang-orang akan berinvestasi dalam perdagangan sutra, teh, porselen, dan rempah-rempah yang diangkut dari Asia ke Eropa dan Timur Tengah. Investasi dalam perdagangan lintas batas ini mengharuskan pedagang untuk menanam modal dalam kafilah, kapal, atau bahkan keamanan.

Di India Kuno, terutama pada masa Kekaisaran Maurya, investasi dalam infrastruktur dan pertanian sangat penting. Negara berinvestasi besar-besaran dalam sistem irigasi dan jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat perdagangan. Selain itu, para pedagang berperan besar dalam menggerakkan perdagangan lintas benua antara India, Tiongkok, dan dunia Barat melalui Laut Arab dan Teluk Persia.

Investasi pada Abad Pertengahan

Periode Abad Pertengahan membawa perubahan besar dalam cara orang memandang dan melakukan investasi. Dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi, sistem ekonomi dan keuangan mengalami disrupsi besar, namun perdagangan tetap menjadi pendorong utama ekonomi global.

1. Sistem Feodal di Eropa (500 – 1500 M)

Pada masa ini, tanah adalah bentuk kekayaan paling berharga, dan sistem feodalisme mengatur distribusi dan pengelolaan tanah. Tuan tanah feodal memberikan hak untuk mengelola tanah kepada petani, dengan imbalan hasil panen atau sewa. Investasi dalam tanah oleh bangsawan atau gereja merupakan bentuk utama dari akumulasi kekayaan.

Selain itu, ada bentuk investasi lainnya seperti hak untuk memungut pajak, di mana seorang bangsawan dapat membayar sejumlah uang kepada raja untuk mendapatkan hak eksklusif dalam memungut pajak dari wilayah tertentu, ini dikenal sebagai sistem pajak kontrak.

2. Kemunculan Gilda dan Serikat Dagang di Eropa Barat (1100 – 1500 M)

Gilda dagang di kota-kota seperti Venesia, Florence, dan Genoa memainkan peran penting dalam perdagangan internasional pada masa ini. Pedagang kaya akan berinvestasi dalam ekspedisi maritim dan perdagangan antar kota di Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Venesia dan Genoa menjadi pusat keuangan maritim, di mana investasi dalam bentuk pinjaman bagi kapal dan muatan berkembang pesat.

Sistem gilda juga menjadi cara bagi pedagang untuk berbagi risiko dan meningkatkan stabilitas pasar. Misalnya, investasi dalam pembuatan kapal, perdagangan tekstil, atau produksi logam mulia sering kali dilakukan secara bersama-sama melalui jaringan gilda.

3. Perbankan Awal dan Bank Medici

Di Florence pada abad ke-13, Keluarga Medici mendirikan salah satu bank pertama di dunia, yang memungkinkan sistem kredit berkembang. Bank Medici menyediakan berbagai layanan keuangan, termasuk transfer uang, pembiayaan perdagangan, dan pinjaman kepada para bangsawan dan raja.

Lembaga perbankan ini adalah contoh pertama dari investasi institusional, di mana bank mengumpulkan simpanan dari para nasabah dan menginvestasikannya dalam berbagai usaha atau bahkan kepada penguasa.

4. Zaman Keemasan Islam (750 – 1258 M)

Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, terutama di Baghdad dan Kairo, ekonomi Islam berkembang pesat dengan dukungan lembaga keuangan seperti wakaf (yayasan amal) dan sistem pembagian keuntungan berdasarkan musyarakah (kemitraan) dan mudharabah (kerjasama modal dan usaha).

Musyarakah melibatkan dua pihak atau lebih yang menggabungkan modal untuk memulai usaha bersama, sementara mudharabah memungkinkan satu pihak menyediakan modal dan pihak lainnya menjalankan usaha dengan pembagian keuntungan yang disepakati. Ini adalah bentuk awal dari ekuitas dan manajemen risiko dalam bisnis.

5. Perdagangan Global di Asia dan Afrika

Jalan Sutra tetap menjadi jalur perdagangan penting selama Abad Pertengahan, dan pedagang berinvestasi dalam komoditas berharga seperti sutra, rempah-rempah, dan logam mulia. Investasi dalam keamanan dan logistik juga menjadi penting mengingat risiko yang tinggi dari perjalanan jauh.

Di Afrika Barat, Kerajaan Mali berkembang pesat berkat kekayaan emas dan garam. Kota-kota seperti Timbuktu menjadi pusat perdagangan di mana para pedagang berinvestasi dalam perdagangan lintas-Sahara yang menghubungkan Afrika dengan Timur Tengah dan Eropa.

Revolusi Industri

Revolusi Industri adalah masa transisi besar dari ekonomi agraris dan manual ke ekonomi berbasis industri dan mesin.Revolusi ini bermula di Inggris pada penghujung abad ke-18 dan meluas ke berbagai belahan dunia pada abad ke-19. Revolusi ini berdampak pada hampir semua aspek kehidupan, termasuk dalam cara orang dan perusahaan berinvestasi. Di bawah ini, akan dijelaskan lebih rinci bagaimana Revolusi Industri memengaruhi bidang investasi dan berbagai aspeknya.

1. Perubahan Struktur Ekonomi: Dari Agraria ke Industri

Sebelum Revolusi Industri, sebagian besar ekonomi dunia berbasis agraria dan perdagangan manual. Investasi pada waktu itu biasanya berfokus pada tanah, properti pertanian, dan perdagangan lokal. Produksi dilakukan secara manual, dan skala usaha relatif kecil. Namun, ketika mesin mulai menggantikan tenaga manusia dan hewan, terjadi pergeseran besar ke arah ekonomi berbasis industri.

Perubahan ini mengubah karakter investasi secara signifikan. Pabrik-pabrik besar, mesin uap, dan proses manufaktur baru membutuhkan modal yang besar. Para investor mulai menanamkan modal dalam bentuk pembiayaan untuk mesin, infrastruktur, dan teknologi yang meningkatkan efisiensi produksi. Ini menandai transisi dari investasi berbasis aset fisik tradisional (seperti tanah) ke investasi di sektor-sektor produktif dan teknologi baru.

2. Lahirnya Perusahaan Saham Terbatas dan Pasar Modal

Salah satu konsekuensi besar dari Revolusi Industri adalah berkembangnya perusahaan saham terbatas (limited liability companies), yang memungkinkan investor untuk hanya bertanggung jawab sebesar modal yang mereka investasikan. Sebelum ini, para pemilik bisnis bertanggung jawab penuh atas utang dan risiko perusahaan, yang membuat investasi dalam usaha besar sangat berisiko. Dengan diperkenalkannya perusahaan saham terbatas, risiko menjadi lebih terbatas bagi para investor, mendorong lebih banyak orang untuk menanamkan modal dalam perusahaan-perusahaan yang berkembang pesat.

Seiring dengan meningkatnya permintaan modal, lahirlah pasar modal modern. Bursa saham mulai berkembang di kota-kota besar seperti London, New York, dan Paris. Perusahaan mulai menerbitkan saham dan obligasi untuk menarik modal dari publik. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengakses dana yang lebih besar untuk membiayai ekspansi, sementara masyarakat umum dapat berpartisipasi dalam investasi yang sebelumnya hanya dapat diakses oleh segelintir elit.

3. Diversifikasi Peluang Investasi

Revolusi Industri menciptakan sektor-sektor ekonomi baru yang menarik minat investor. Sebelum revolusi, kebanyakan investasi hanya terfokus pada pertanian dan properti. Namun, setelah revolusi, sektor-sektor baru seperti manufaktur, transportasi, energi, pertambangan, dan teknologi mulai berkembang pesat, menawarkan berbagai peluang investasi.

Misalnya:

  • Sektor tekstil adalah salah satu industri pertama yang mengalami lonjakan investasi. Penemuan mesin pemintal (seperti Spinning Jenny dan Power Loom) meningkatkan produksi kain secara signifikan, sehingga menarik modal untuk mengembangkan industri ini.
  • Industri pertambangan juga berkembang karena peningkatan permintaan bahan baku seperti batubara dan bijih besi untuk mendukung industri.
  • Industri kereta api menarik investasi besar-besaran karena peran utamanya dalam distribusi barang dan mobilitas tenaga kerja.

Diversifikasi ini memberi peluang kepada investor untuk menyebarkan risiko mereka di berbagai sektor, sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada satu jenis usaha saja.

4. Inovasi Finansial dan Produk Investasi Baru

Revolusi Industri tidak hanya menghasilkan inovasi teknologi tetapi juga mendorong inovasi finansial. Dalam rangka mendukung industri yang berkembang pesat, lembaga-lembaga keuangan mulai menciptakan produk dan layanan baru untuk mengakomodasi kebutuhan akan modal.

Beberapa inovasi tersebut adalah:

  • Obligasi: Pemerintah dan perusahaan mulai menerbitkan obligasi untuk membiayai proyek-proyek besar, seperti pembangunan infrastruktur dan pengembangan industri. Investor yang membeli obligasi menerima pengembalian tetap dalam bentuk bunga, yang menjadikan obligasi sebagai instrumen investasi yang populer di kalangan investor yang mencari pendapatan tetap dengan risiko lebih rendah dibanding saham.
  • Asuransi: Industri asuransi juga berkembang pesat selama Revolusi Industri. Dengan meningkatnya risiko dalam usaha industri, permintaan untuk perlindungan terhadap risiko-risiko seperti kebakaran, kecelakaan kerja, dan kerugian finansial meningkat. Perusahaan asuransi muncul untuk memberikan jaminan kepada investor dan pengusaha.
  • Bank Investasi: Bank-bank besar mulai berperan sebagai perantara antara perusahaan dan investor, membantu dalam penerbitan saham, obligasi, dan pembiayaan proyek industri besar.

Inovasi ini memperkaya ekosistem keuangan, membuat investasi lebih terstruktur, terorganisir, dan aman bagi para pelaku pasar.

5. Meningkatnya Spekulasi dan Risiko Investasi

Seiring dengan perkembangan industri dan pasar modal, muncul pula spekulasi di berbagai sektor ekonomi. Spekulasi adalah praktik membeli aset atau sekuritas dengan harapan bahwa nilainya akan naik dengan cepat, sehingga dapat dijual untuk keuntungan yang signifikan. Di Inggris, misalnya, terjadi Railway Mania pada tahun 1840-an, di mana banyak investor menanamkan modal besar dalam saham perusahaan kereta api. Namun, banyak dari perusahaan ini gagal, yang menyebabkan keruntuhan pasar dan kerugian besar bagi para spekulan.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Revolusi Industri menciptakan banyak peluang investasi yang menguntungkan, risiko juga meningkat. Ketidakpastian teknologi baru dan fluktuasi ekonomi global menyebabkan volatilitas pasar yang tinggi, yang membutuhkan kemampuan manajemen risiko yang baik dari para investor.

6. Globalisasi Investasi dan Ekspansi Pasar Internasional

Revolusi Industri juga menandai era globalisasi yang semakin berkembang. Dengan adanya kemajuan dalam teknologi transportasi seperti kapal uap dan kereta api, perdagangan internasional meningkat secara signifikan. Negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat mulai melakukan ekspansi ke pasar-pasar baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, baik untuk mencari bahan baku maupun untuk menjual produk-produk manufaktur mereka.

Investor mulai melihat peluang di pasar internasional ini sebagai area investasi yang menguntungkan. Modal tidak hanya diinvestasikan dalam perusahaan di negara-negara asal, tetapi juga dalam proyek-proyek kolonial, termasuk pembangunan infrastruktur, pertambangan, dan perkebunan di negara-negara yang dijajah.

7. Investasi di Infrastruktur

Salah satu sektor investasi paling signifikan selama Revolusi Industri adalah infrastruktur. Kemajuan industri memerlukan infrastruktur yang memadai seperti jalan raya, jalur kereta api, kanal, dan pelabuhan. Oleh karena itu, pemerintah dan perusahaan swasta mulai berinvestasi besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur ini.

Proyek-proyek seperti:

  • Jalur kereta api: Ini menjadi salah satu investasi paling menguntungkan dan berpengaruh. Di Eropa dan Amerika, pembangunan rel kereta api memungkinkan transportasi barang dan orang secara lebih cepat dan efisien, yang memicu peningkatan perdagangan dan industrialisasi.
  • Kanal dan pelabuhan: Kanal-kanal buatan seperti Terusan Suez dan Terusan Panama mempercepat arus perdagangan global, yang memungkinkan distribusi barang secara lebih luas dan efisien.

Investasi di infrastruktur ini tidak hanya mempercepat proses industrialisasi tetapi juga membuka pasar baru dan memberikan peluang keuntungan jangka panjang bagi para investor

 

Investasi di Era Digital

Investasi di era digital merupakan fenomena yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk keuangan. Transformasi digital ini tidak hanya mengubah cara kita berinvestasi, tetapi juga memperkenalkan produk, layanan, dan platform baru yang memungkinkan lebih banyak orang untuk terlibat dalam pasar keuangan global. Untuk menjelaskan lebih detail, berikut adalah penjelasan lengkap tentang tren investasi di era digital:

1. Cryptocurrency dan Blockchain

a. Cryptocurrency
Cryptocurrency adalah bentuk mata uang digital yang menggunakan kriptografi untuk mengamankan transaksi dan mengontrol penciptaan unit baru. Bitcoin, yang diluncurkan pada 2009, adalah cryptocurrency pertama dan paling terkenal, diikuti oleh Ethereum, Binance Coin, dan ribuan altcoin lainnya. Mata uang digital ini memungkinkan transaksi peer-to-peer tanpa perantara, seperti bank atau institusi keuangan.

b. Keuntungan dan Risiko
Keuntungan utama cryptocurrency adalah desentralisasi, transparansi, dan biaya transaksi yang rendah dibandingkan sistem keuangan tradisional. Namun, ada juga risiko signifikan, seperti volatilitas harga yang ekstrem, kurangnya regulasi, dan potensi penipuan dalam proyek-proyek crypto yang tidak dapat diandalkan. Meskipun demikian, aset digital ini menarik perhatian investor global, dengan banyak yang percaya bahwa teknologi blockchain yang mendasarinya akan merevolusi berbagai industri.

c. NFT (Non-Fungible Token)
Selain mata uang digital, NFT (Non-Fungible Token) juga menjadi tren besar. NFT adalah aset digital unik yang diverifikasi di blockchain, sering digunakan untuk seni digital, musik, video, hingga item virtual dalam game. NFT memungkinkan kreator untuk memonetisasi karya mereka dengan cara yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya dan memberikan investor kesempatan untuk memiliki aset digital unik.

2. Robo-Advisors dan Platform Investasi Digital

a. Robo-Advisors
Robo-advisors adalah platform investasi otomatis yang menggunakan algoritma dan kecerdasan buatan untuk mengelola portofolio berdasarkan preferensi dan profil risiko investor. Platform ini biasanya lebih murah daripada penasihat keuangan tradisional, karena tidak melibatkan manusia dalam proses pengambilan keputusan harian. Beberapa contoh robo-advisor populer adalah Betterment, Wealthfront, dan Stash.

b. Keunggulan Robo-Advisors
Robo-advisors menawarkan berbagai keunggulan biaya rendah karena minimnya keterlibatan manusia, biaya layanan robo-advisors lebih rendah daripada penasihat tradisional, personalisasi meskipun otomatis, platform ini menyesuaikan rekomendasi berdasarkan tujuan keuangan dan toleransi risiko pengguna, diversifikasi robo-advisors biasanya menyarankan portofolio yang terdiversifikasi, sering kali dalam bentuk reksa dana atau ETF (Exchange-Traded Funds).

c. Platform Trading dan Investasi Online
Selain robo-advisors, muncul platform investasi digital seperti Robinhood, E*TRADE, dan TD Ameritrade yang memudahkan akses ke pasar saham dan obligasi dengan biaya minimal. Teknologi ini memungkinkan investor melakukan pembelian dan penjualan aset secara instan, serta memberikan alat analisis yang kuat untuk membantu pengambilan keputusan investasi.

3. Fintech dan Investasi Startup

a. Fintech (Financial Technology)
Fintech adalah inovasi teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengotomatisasi penyampaian layanan keuangan. Dari pembayaran digital hingga pengelolaan investasi, fintech memainkan peran penting dalam membuat keuangan lebih mudah diakses, cepat, dan efisien. Sebagai contoh, perusahaan seperti PayPal, Square, dan Stripe menawarkan layanan pembayaran digital yang mendukung bisnis kecil dan besar.

b. Investasi di Startup Fintech
Banyak investor mulai melirik startup fintech yang menjanjikan untuk investasi. Pertumbuhan pesat di sektor ini telah mendorong munculnya platform equity crowdfunding, yang memungkinkan investor retail berinvestasi di startup tahap awal. Platform seperti Seedrs, Crowdcube, dan Republic memberi investor kesempatan untuk membeli ekuitas di perusahaan yang sedang berkembang.

4. Trading Sosial dan Copy Trading

a. Trading Sosial
Trading sosial adalah bentuk perdagangan yang memungkinkan investor untuk berinteraksi, berbagi ide, dan mengikuti strategi trader berpengalaman melalui platform online. Ini mirip dengan media sosial, tetapi dikhususkan untuk pasar keuangan. Contoh platform trading sosial adalah eToro dan Zulutrade, yang memungkinkan pengguna untuk menyalin strategi dari trader sukses.

b. Copy Trading
Dalam copy trading, investor dapat secara otomatis menyalin perdagangan yang dilakukan oleh trader lain. Ini adalah cara yang populer bagi investor pemula untuk belajar dan berpartisipasi dalam pasar tanpa harus memiliki pengetahuan mendalam tentang strategi perdagangan yang rumit.

5. Decentralized Finance (DeFi)

a. Apa itu DeFi?
DeFi, atau Decentralized Finance, adalah ekosistem aplikasi keuangan yang dibangun di atas blockchain, terutama Ethereum. DeFi memungkinkan pengguna melakukan transaksi seperti pinjaman, peminjaman, perdagangan, dan asuransi tanpa perantara seperti bank. Semua proses dilakukan melalui kontrak pintar (smart contracts) yang berjalan otomatis ketika kondisi tertentu terpenuhi.

b. Keuntungan DeFi
Keuntungan utama DeFi adalah aksesibilitas dan transparansi, karena siapa pun dengan koneksi internet dapat mengakses layanan DeFi tanpa perlu dokumen atau verifikasi dari institusi keuangan. Ini juga memungkinkan pengguna untuk mendapatkan return yang lebih tinggi melalui kegiatan seperti yield farming dan staking.

c. Risiko DeFi
Namun, DeFi juga memiliki risiko, termasuk potensi kerentanan dalam kontrak pintar yang bisa dieksploitasi oleh hacker, serta kurangnya perlindungan hukum.

6. Investasi Berbasis Data dan AI

Dengan kemajuan dalam Artificial Intelligence (AI) dan big data, investor kini dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi. AI dapat menganalisis pola di pasar keuangan, tren historis, dan berita ekonomi secara real-time untuk memberikan prediksi yang lebih akurat dan saran investasi. Analitik data ini juga digunakan oleh manajer aset dan hedge funds untuk mengoptimalkan strategi perdagangan.

7. ESG (Environmental, Social, Governance) Investing

Selain fokus pada keuntungan finansial, semakin banyak investor yang mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari investasi mereka melalui ESG investing. Teknologi digital memudahkan akses ke informasi mengenai keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga investor dapat membuat pilihan yang lebih selaras dengan nilai-nilai pribadi mereka.

8. Micro-Investing dan Fractional Shares

Akses ke investasi sekarang semakin inklusif dengan adanya platform yang menawarkan micro-investing atau investasi dalam jumlah kecil. Selain itu, ada juga opsi fractional shares, di mana investor dapat membeli sebagian kecil dari saham, bukan satu saham penuh, yang memungkinkan akses ke saham perusahaan besar yang mungkin terlalu mahal bagi sebagian orang.

9. Investasi Real Estate Digital (Tokenized Real Estate)

Tokenisasi real estate adalah tren baru di mana aset properti fisik dipecah menjadi unit digital (token) dan diperdagangkan di platform blockchain. Ini memungkinkan investor untuk berinvestasi di properti tanpa harus membeli properti secara langsung. Tokenisasi membuat real estate lebih likuid dan mudah diakses, bahkan untuk investor dengan modal kecil.

 

10. Peer-to-Peer (P2P) Lending

P2P lending adalah model di mana individu dapat meminjamkan uang langsung ke individu lain melalui platform online, tanpa perantara bank. Model ini memberikan return yang lebih tinggi bagi pemberi pinjaman dan biaya lebih rendah bagi peminjam. Ini menjadi tren yang populer di kalangan investor yang ingin diversifikasi portofolio mereka dengan aset berbasis utang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *